Senin, 15 Februari 2010

Apa arti kebahagian?

Sejak pagi suara ibuku sudah memenuhi seluruh isi rumah. Karena hari ini ibuku ada pesanan catering di daerah pondok cabe, maka semua anggota keluarga sudah bangun pagi-pagi sekali untuk membantu beliau. Ibuku seorang pekerja keras. Beliau selalu berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan pelanggan nya. Catering ibuku cukup diminati oleh banyak orang, walaupun belum memenuhi persyaratan untuk membuat badan usaha sendiri, karena omset nya yang masih dibawah rata-rata. Jadi sampai saat ini masih usaha rumah tangga saja.

Pagi itu aku dan ayahku yang mengantar catering ibuku itu, karena ibuku harus mempersiapkan makanan untuk pesanan lainnya. Saat ini kehidupanku termasuk berkecukupuan. Keluargaku menghuni satu rumah seluas kurang lebih 200 meter dikawasan pakujaya, dengan desain kontemporer dan dihiasi oleh pendopo kecil di bagian depan rumah, memiliki satu unit motor & mobil keluarga, ayahku seorang konsultan proyek, kaka ku baru saja di terima sebagai CPNS sekneg, adikku seorang siswa di salah satu SMP negri dengan program RSBI (Rintisan Sekolah Berstandard Internasional) dan aku seorang mahasiswa S1 penerima beasiswa dari salah satu group perusahaan terbesar di Indonesia

Dilihat dari fisiknya, keluarga kami sangat berkecukupan. Mana ada orang yang percaya bahwa ibuku pernah hanya memiliki uang 15,000 rupiah, padahal harus memberikan adikku ongkos sekolah, memberikanku ongkos kuliah, membeli bensin motor, dan membeli sayur untuk makan dirumah. Ibuku tidak pernah mengeluh pada ayahku apabila beliau hanya diam saat mengetahui keadaan dirumah seperti itu, ibuku tetap memutar otak mencari cara untuk menyambung kehidupan. Ibu dan ayahku selalu berpesan bahwa harta bukanlah ukuran kebahagiaan. Walaupun ayahku selalu mencontohkan hal tersebut dengan melihat kalangan elite Indonesia, baik pemerintahan maupun pengusaha yang sering terjerat kasus seputar uang milyaran rupiah, namun di otak ini belum bisa melihat kearah itu. “coba saja lihat siaran TV hari ini, padahal mereka kaya raya namun masih saja mau mengambil hak orang lain. Mereka kaya raya, namun apa mereka bahagia?”, kata ayahku sembari meminum tehnya yang sudah dingin. Aku hanya tersenyum sambil membetulkan bentuk jilbab ku di cermin, dalam hati aku hanya terus bergumam “hidup itu serba salah, kaya raya aja gak bahagia bagaimana gak kaya raya? Lebih gak bahagia. Gimana mau bahagia kalau tiap hari harus memikirkan besok mau makan uang nya dari mana?”. Namun lamunan ku buyar seketika saat ibuku menyuruhku mengangkat beberapa barang ke mobil.

Sepanjang perjalanan, kami berdua membisu. Hal itu sering terjadi karena ayahku pun termasuk orang yang tidak suka berbicara banyak, beliau hanya berbicara seperlu nya saja dan tidak suka basa-basi. Pemikiran-pemikiran beliau sangatlah baik namun tetap saja kesabarannya masih perlu dilatih. Terkadang beliau bisa marah besar hanya karena masalah kecil yang tidak sejalan dengan beliau. Namun ibuku selalu mengatakan untuk memaklumi nya karena ayah pun tahu apabila ayah sedanga salah, namun terkadang sulit bagi beliau untuk mengakui kesalahannya pada saat itu, jadi biasanya kita tunggu 1-2 minggu kedepan sampai beliau membuka wacana untuk membahas masalah ini kembali dengan kepala dingin.

Sesampainya di pondok cabe, aku dan ayahku mengatur berbagai macam barang untuk kesiapan coffee break setelah makan siang untuk peresmian mesjid di komplek di daerah pondok cabe. Setelah selesai mengatur semua nya, kami berdua memutuskan untuk mencari makan siang di daerah sekitar dan menunggu saja sampai acara nya selesai karena buang-buang waktu dan bensin kalau harus pulang ke rumah dulu. Setelah makan siang ayahku memarkirkan mobil nya di bawah pohon rindang di sisi lain halaman mesjid. “itu anak jalan kaki pulang sekolah pasti jauh, dari sini ke depan komplek aja udah jauh”, celetuk ayahku. “iya pah, untung suasana mendung”, balas ku. Tiba-tiba ada dua anak kecil mengendarai satu sepeda, yang satu mengendarai dan yang satu di gonceng di depan sepeda, tiba-tiba mereka harus melewati sebuah portal diujung jalan menuju perkampungan (perbatasan antara komplek dan perkampungan), namun kepala teman yang di gonceng terantuk portal, mereka kehilangan keseimbangan dan akhirnya mereka berdua jatuh. 3 detik mereka membersihkan diri mereka dari tanah dan debu, dan tiba-tiba saja tawa mereka meledak, mereka saling mengejek satu sama lain, namun mereka tertawa bahagia. Tidak ada air mata, padangan kemarahan dan kekesalan ataupun luka di hati mereka karena kesalahan satu sama lain. Mereka pun saling membantu untuk berdiri, dan mereka kembali mengendarai sepeda usang itu dengan riang gembira.

Tiba-tiba ayahku bilang, “coba lihat, kalau mereka saja bisa tertawa setelah terantuk portal dan jatuh dari sepeda jadi sekarang ini sebenarnya apa arti dari kebahagiaan? Ayah yakin jangankan punya mobil atau rumah yang layak, untuk biaya sekolah saja pasti mereka kesulitan. Jadi sebenarnya yang harus malu itu siapa? Kita, orang yang berkecukupan namun selalu mengeluh, atau mereka, orang yang tidak punya apa-apa namun selalu bahagia?”.

Sabtu, 31 Oktober 2009

cerita yg baru menjadi universitas

Dan mahasiswa hanya bisa melihat tanpa berkutik..

Dunia perkuliahan sedikit banyak akan memberikan efek kepada pola pikir mahasiswa nya. Ternyata politik kampus pun menarik untuk di amati. Ada banyak cara untuk melakukan politisasi, namun sayang nya hal ini dilakukan oleh berbagai macam pihak di kampus, sehingga membuat management kampus yang ada sekarang tidak berjalan dengan baik. Pernah sekali org tua para mahasiswa berbondong-bondong datang untuk menyatakan keberatan atas salah satu kebijakan kampus yang memang agak aneh.

Beberapa ada yang memang mencari keuntungan terhadap hal-hal sekitar operasional kampus, sebagian ada yang direkrut tanpa tahu bagaimana track record nya, yang penting mereka-mereka yang direkrut merupakan orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik.

Dosen.. no.1 dikmpus ini. Namun ternayata ada hal-hal yang lebih penting dari sekedar dosen yang handal. System yang tidak berjalan dengan baik membuat semua yang ada sekarang terlihat seperti robot remote control. Berlatar belakang dengan keinginan yang luhur dari pemilik nya akhirnya sekolah ini pun dibuat. Namun, sebagai mahasiswa sekolah bisnis, saat ini saya melihat keberadaan sekolah ini pun sebagai satu pencitraan diri, suatu cara pembangunan image baru yang lebih baik. Salah satu bentuk CSR yang tidak benar-benar CSR, yaa..walau bagaimanapun juga hal Itu masih sah-sah saja. Sebagai pelaku dan pengamat bisnis, kita pun tahu bahwa image memang sangat penting bagi suatu perusahaan atau kelompok usaha tertentu.

Okelah.. hal yang pertama itu sudah bagus, ada niatan untuk membuat sekolah beserta sejumlah beasiswa yang di berikan kepada mahasiswa nya, yg lebih keren malah sebagian besar mahasiswa disini merupakan anak beasiswa. Fasilitas bagus, dosen unggulan, namun seperti yang saya bilang di awal, tidak ada yang mengerti tentang system pendidikan di dalam nya. Sehingga banyak terjadi keanehan didalam sini.

Peraturan yang dibuat malah dilanggar sendiri. Beberapa waktu lalu baru saja di terbitkan buku panduan mahasiswa (beritanya, buku ini segera di launching sebelum persiapannya matang karena ada “kuping-kuping” yang mendengar bahwa rekan senat mahasiswa akan member teguran kepada management kampus tentang tidak ada nya follow up tentang buku panduan). Akhirnya buku panduan mahasiswa pun di terbitkan, namun benar saja setelah dicek ada banyak pasal dalam buku itu yang tidak dijalankan di sekolah ini atau bahkan it doesn’t really exist..

Ada lagi seorang kajur yang selalu membuat peraturan sesuka hati dia. Gak tau itu benar ada dan benar diakui atau tidak di kampus. Dan ujung-ujung nya yang dijadikan sasaran empuk ada nilai mahasiswa yang bisa dia utak-atik sendiri. Analogi nya begini, sebagai mahasiwa penerima beasiswa ada beban terhadap nilai yang harus di pertanggung jawabkan. Siapa yang mau kehilangan beasiswa? Sehingga disini kita menjadi sangat lemah dan bodoh, semua peraturan yang dibuat oleh sang kajur selalu berorientasi terhadap nilai.

Belum masalah system yang masih kalang kabut berantakan tiba-tiba sudah ada kabar bahwa kita sudah mengukuhkan diri menjadi universitas. WOW… haruskah kita senang? Mahasiswa lain senang denga hal ini, siapa yang tidak senang bahwa akhirnya sekolah tinggi ini bisa menjadi universitas? Namun, hal ini tidak ada pada saya. Saya melihat ini sebagai suatu manipulasi terhadap apa yang kita miliki. Rahasia umum bukan bahwa syarat untuk menjadi universitas harus memiliki setidak nya satu orang professor, memilki lebih dari 5 jurusan, memilki lebih dari 2 fakultas, dan hal-hal teknis lain yang memang harus di penuhi SEBELUM kita bertransformasi menjadi universitas. Namun hal ini terbalik (memang di sekolah kami semua nya bisa terjadi) kita terlebih dulu mengganti nama menjadi universitas (belum peresmian, peresmian segera di lakukan di bulan November ini) dan pemenuhan syarat-syarat tersebut akan di lakukan di tahun ajar berikutnya. Bukankah hal ini lucu?

Mahasiswa disekolah ini seperti di kebiri, tidak dapat melakukan apa-apa, bahkan OSIS dan siswa SMA pun dapat melayangkan mosi tidak percaya terhadap kepala sekolah dan segera di lakukan sidang istimewa untuk mengganti kepala sekolah nya itu apabila terbukti benar ada penyelewengan yang dilakukan. Sedangkan kita disini, untuk berhadapan dengan kajur saja masih belum mampu.

Sekolah ini lucu, sangat kental dengan bisnis, sangat kental dengan politik kampus, dan sangat tidak ada feel pendidikannya. Semua staff hanya bekerja, bukan melayani.

sudah benar kah??

saya hanya mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta yg kurang begitu paham dah tidak tahu banyak soal politik negri. namun ketidak tahuan ini yg membuat saya sedikit banyak jadi memperhatikannya.. (walaupun akhirnya juga jadi banyak nanya kanan kiri,LOL)

agak geli sendiri memperhatikan susunan kabinet yg baru. ada beberapa nama familiar yg agak mengejutkan, kenapa bisa beliau di tempatkan di posisi itu ya?? saking penasarannya saya sampai membeli poster susunan kabinet yg baru. ada banyak nama yg seperti kurang cocok dengan posisi nya yg sekarang. saya yakin yg memutuskan tentang hal tersebut bukanlah org yg kurang akan pengetahuan sosial dan politik, namun keputusannya agak mengejutkan.

sempat mendengar wawancara salah satu mentri yg kemudian beliau menjawab, "sebenarnya saya pun kurang pengalaman tentang bidang ini, bhkan belum ada pengalaman sama sekali, namun di beri kepercayaan oleh pak SBY sehingga saya harus belajar lagi dari awal." pada saat itu yg saya pkirkan hanya, knpa harus tidak memilih org yg sudah berkompeten di bidang nya saja?

sebagian lain di isi oleh orang-orang yg memang tergabung dalam tim sukses presiden, yg sudah menjadi rahasia umum bhwa beliau-beliau sekalian pasti akan mendapatkan minimal satu kursi di kementrian tanpa perduli bagaimana track record dan pengalaman beliau sekalian. jadii.. sbenrnya semua keputusan tentang posisi menteri yg sekarang di nilai berdasarkan apa?

kontroversi yang keras terjadi di kalangan masyarakat dan pengamat politik, namun terlihat kabinet ini anteng-anteng saja.hehe..

pertanyaan saya pun kembali kepada masalah yg sedang hangat sekarang. KPK yang kini menjadi satu image yg kurang baik. sebenarnya apa alasan pemerintah dulu waktu membangun KPK ini? apakah benar ingin memeberantas korupsi? atau cuma sekedar ingin mencari image baik dalam proker 5 thn ?

awalnya KPK telah membuat image yg sangat baik, semua koruptor bisa di cekal, bahkan besan presiden bisa di sikat..
namun semakin jauh perjalanan KPK terasa semakin berat. klo mnurut saya sih, rasanya pemerintah blum paham benar akan semua konsekuensi yang harus di tanggung untuk hal yg satu ini. jadii.. apa yaa,, kok kelihatannya jadi kaya setengah2 jujur nya.

hemm.. PR buat kabinet yg baru bakalan banyak nieyy..
teringat akan kejadian beberapa tahun silam saat mahasiswa dengan serentak melayangkan mosi tidak percaya kepada pemerintahan indonesia pada saat itu.. kira-kira.. melihat keadaan kita yg sekarang seperti ini.. bisa terjadi lagi gak ya?
mungkin bisa.. mengingat reformasi dan demokrasi yang telah kita anut..

diharapkan kabinet jilid 2 ini dapat melakukan yg terbaik.